SELAMAT DATANG DI HMI KOMISARIAT BONDOWOSO

SELAMAT DATANG DI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) KOMISARIAT BONDOWOSO

Sunday, October 21, 2012

upaya perumusan kembali kepeloporan HMI di masa mendatang



MAKALAH
“UPAYA PERUMUSAN KEMBALI KEPELOPORAN HMI
DI MASA MENDATANG”
Disusun Oleh : Moh. Utsman Hs
Kader HMI Cabang Jember Komisariat Bondowoso
(disampaikan pada intermediate training (LK2) HMI Cabang Malang Th 2010)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita. Akibat dari keterbelakangan ummat Islam, maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadist Rassullulah SAW.
Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pembaharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :
1.    Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya
2.    Missi dan Zending agama Kristiani
3.    Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya. Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu :
Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia. Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang “mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia”. Kedua : adanya Perserikatan MAHASISWA Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya “Krisis Keseimbangan” yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I yang ketika itu genap berusia 25 tahun. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Yogyakarta.
Prof. DR. Nurkholis Majid mengatakan bahwa” …dalam diri Lafran Pane terdapat suatu kearifan atau wisdom, tersembunyi atau laten, yaitu kesadaran kebangsaan yang inkludif, yang lebih luas dari pada primodialisme keagaamaan dan konservatif. Tumbuh dari keluarga yang terpelajar membuat dia terbiasa dengan wawasan kebangsaan yang modern dengan wawasan-wawasan sosial politik yang serba meliputi”.







1.2. Rumusan Masalah.
1.        Bagaimana dinamika HMI dalam merespon berbagai tantangan
2.        Seperti apa aktualisasi peran HMI
3.        Adakah peran yang strategis bagi HMI di masa mendatang
1.3. Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan mengaktualkan sejarah dan kiprah HMI
2.      Memudahkan kader HMI untuk memahami peran satrategis HMI di masa mendatang.

























BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dinamika HMI dalam merespon berbagai tantangan
Sejarah nasional telah banyak mencatat banyaknya persoalal social dinegri ini, namun ada tiga persitiwa yang akan kami bahas dan dianggap memiliki pengaruh substansial terhadap arah Gerakan HMI.

a.  HMI Fase Orde Lama
Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh. Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun \’64-\’65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI. Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb. Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang. HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari\’ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.

b. HMI Fase Orde Baru
Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi diantaranya :
·         Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan,
·         Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran
·         Partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.
Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 dimana secara relatif masalah-masalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara dilain sisi persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema. Pada tahun 1970 Nurcholis Madjid menyampaikan ide pembaharuan dengan topic keharusan pembaharuan didalam pemikiran Islam dan masalah integritas umat. Sebagai konsekuensinya di HMI timbul pergolakan pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan yang. Perbedaan pendapat dan penafsiran menjadi dinamika di dalam menginterpretasikan dinamika persoalan kebangsaan dan keumatan. Hal ini misalnya dalam dialektika dan perbincangan seputar Negara dan Islam, konsep Negara Islam, persoalan Islam Kaffah sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila sebagai bentuk ijtihad organisasi didalam mempertahankan cita-cita jangka panjang keummatan dan kebangsaan.

c. HMI Fase Orde Reformasi
Secara histories sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan, gagasan dan kritik terhadap pemerintahan. Sesuai dengan kebijakan PB HMI bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontatif. Gerakan koreksi pemerintahanpertama disampaikan pada jaman konggres XX HMI di Istana Negara tanggal 21 Januari 1995. kemudian peringatan MILAD HMI Ke 50 Saudara Ketua Umum Taufiq Hidayat menegaskan dan menjawab kritik-kritik yang menyebutkan bahwa HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekuasaan bukanlah wilayah yang haram. Tetapi adalah wilayah pencermatan dan kekritisan terhadap pemerintahan. Kemudian dalam penyampaian Anas Urbaningrun pada MILAD HMI ke 51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Pebruari 1998 dengan judul “Urgensi Reformasi bagi Pembangunan Bangsa Yang Bermartabat”.


2.2. Aktualisasi Peran HMI
Kehadiran dan keberadaan HMI, selain berfungsi sebagai organisasi kader, juga berperan sebagai organisasi perjuangan yang dengan kesungguhan berjuang untuk melakukan perubahan terhadap segala tatanan yang tidak memenuhi tuntunan kontemporer, sehingga tercipta suasana baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Maka sepanjang keberadaan HMI, tugasnya adalah untuk melakukan perombakan, perubahan, perbaikan, penyempurnaan terhadap segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kearah yang lebih baik dan sempurna dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk melakukan tugas-tugas mulia dan luhur itulah diperlukan kerja yang terorganisir, sistematis, tekun, kerja keras sungguh-sungguh dengan niat ikhlas dengan semangat militansi yang tinggi.
Secara kualitatif, kader memiliki mutu, kesanggupan bekerja dan berkorban yang lebih besar dari pada anggota biasa. Dalam pemantapan kekaderan HMI ditambah suatu kenyataan bangsa indonesia sangat kekurangan akan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang padu antara pemenuhan tugas dunia dan ukhrawi, ilmu dan iman, individu dan masyarakat, serta tuntutan akan peranan kaum intelektual yang kian besar dimassa mendatang, dalam peran dan fungsinya HMI sebagai organisasi kader harus mampu mengkader mahasiswa yang tidak krisis integritas serta pribadi yang tangguh tidak terjebak dalam jaman era medernisasi. Dengan begitu kader HMI mampu melawan semuanya dengan keyakinan dan keimanan yang mantap yang menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas ilmu dan iman yang melaksanakan tugas-tugas kerja manusia yang akan menjamin adanya suatu kehidupan yang sejahtera material dan spiritual adil makmur serta bahagia. Karena itu, hari depan HMI luas dan gemilang sesuai dengan peran dan fungsinya dimasa kini dan mendatang, menuntut kita pada masa kini untuk benar-benar mempersiapkan diri dalam menyongsong hari depan HMI yang gemilang.

2.3. Peran strategis bagi HMI di masa mendatang.
Dalam upaya membangun dan menyiapkan sumber daya manusia berkualitas, terutama dalam menghadapi abad ke-21 ini, perguruan tinggi mempunyai perananyang amat strategis. Berarti peran dari segenap sivitas akademika, dan berarti pula paramahasiswanya. Dengan demikian, peran dan kiprah HMI akan senantiasa relevan di masa depan bila ia memusatkan perhatian pada upaya membangun sumber daya manusia berkualitas, yang dibutuhkan dalam pembangunan di abad ke-21. Dalam perspektif demikian, ada beberapa harapansaya terhadap HMI dan perannya di masa depan.

1. Memperkuat Basis Komunitas Intelektual
Peran strategis HMI yang diharapkan adalah sebagai wahana pembinaan mahasiswa, yang bertujuan untuk melahirkan sumber daya manusia yang andal dan memiliki keunggulan. HMI diharapkan akan memberi perhatian lebih besar terhadap upaya membangun basis kelompok terdidik dan terpelajar, yang menjadi cikal bakal lahirnya sumber daya manusia berkualitas, andal, dan memiliki keunggulan. Kelompok ini dapat disebut sebagai komunitas intelektual, yang merupakan soko guru kelompok elite strategis suatu bangsa. Dalam kurun waktu yang relatif lama, HMI telah berhasil membangun tradisi intelektual yang amat baik. Tradisi ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan lagi di masadepan. HMI harus merupakan wahana bagi para mahasiswa untuk mengaktualisasikan potensi intelektual mereka, agar bisa berkembang dengan baik. HMI harus membuat dirinya menjadi wadah agar potensi tersebut bisa berkembang secara optimal dalam sebuah lingkungan sosial yang kondusif. Sebagai organisasi kemahasiswaan, HMI diharapkan menjadi wadah dan tempat pembelajaran di luar kurikulum akademik perguruan tinggi, yang memungkinkan mahasiswa mengembangkan aktivitasnya secara kreatif dan inovatif.
Sebagai institusi pembelajaran di luar kurikulum akademik perguruan tinggi, HMI dapat memberi kontribusi yang besar terhadap proses pematangan mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terpelajar. Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses pembelajaran, pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan, serta penguatan kapasitas belajar secara kontinum, diharapkan HMI bisa turut melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia yang cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi, semangat dan daya juang (fighting spirit) yang bergelora, sehingga siap menyongsong kehidupan global yang sangat kompetitif itu.

2. Mengembangkan dan Menguasai Iptek
HMI sebagai organisasi para kader pembangunan yang Islami dan berwawasan kebangsaan, diharapkan akan terus berusaha mengapresiasi secara kreatif dan inovatif berbagai gejala dan kencenderungan yang dilahirkan oleh kemajuan iptek. HMI harus dapat merespons dengan tepat tuntutan eksternal yang tidak bisa dielakkan, yaitu perkembangan global yang didominasi oleh peranan iptek secara amat kuat. Sebagai organisasi kemasyarakatan pemuda, dan sebagai bagian dari komunitas perguruan tinggi, HMI harus memelopori pengembangan budaya iptek di kalangan masyarakat.

3. Memperkukuh Wawasan Kebangsaan
HMI juga dituntut untuk senantiasa meneguhkan dan memantapkan wawasan kebangsaan di kalangan anggotanya. Identitas Islam di dalam HMI hendaknya merefleksikan semangat dan kesadaran bahwa HMI merupakan bagian yang terintegrasi dalam masyarakat Indonesia. Dengan demikian, HMI dituntut untuk bisa melakukan sintesa harmonis antara wawasan keislaman dan wawasan kebangsaan. Islam merupakan semangat pergerakan di dalam tubuh HMI, sedangkan wawasan kebangsaan haruslah menjadi basis HMI dalam melakukan pergerakan itu. Meneguhkan dan memantapkan wawasan kebangsaan ini bukan hanya berdimensi internal, melainkan juga berdimensi eksternal yakni untuk mengantisipasi gelombang globalisasi pada abad ke-21 nanti. Peneguhan dan pemantapan wawasan kebangsaan ini, selain untuk menghadapi tantangan globalisasi, juga agar keutuhan kita sebagai bangsa tetap terpelihara dan terjaga dengan baik. Meneguhkan dan memantapkan wawasan kebangsaan dalam era globalisasi ini sungguh penting, karena ada potensi nilai-nilai kebangsaan terdesak karena menguatnya nilainilai universal. HMI dapat berperan besar dalam usaha kita untuk terus menerus memupuk dan memperkukuh wawasan kebangsaan dalam masyarakat Indonesia yang sangat majemuk itu.

4. Memperkuat Basis Kepemimpinan
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI merupakan lembaga strategis wadah pembentukan kepemimpinan. Bangsa kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang tangguh dan memiliki visi yang jelas tentang pembangunan nasional dan masa depannya. Kepemimpinan yang tangguh dan bervisi itu tidak bisa lahir secara tiba-tiba, tetapi harus melalui suatu proses; ada masa penempaan, penggodogan, dan pengujian, baik ketika masih menjadi mahasiswa maupun sesudah terjun ke masyarakat. HMI yang telah terbukti merupakan wadah kelahiran pemimpin-pemimpin di masa lalu, diharapkan dapat terus menjadi kancah dan medan penempaan, penggodogan, dan pengujian bagi calon-calon pemimpin bangsa di masa depan yang kualitasnya sesuai untuk menghadapi tantangan masa depan, yang tidak sama dengan masa lampau atau masa kini.




BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bagaimana tantangan dan peran HMI di masa mendatang dalam kehidupan bermasyarakat. Dari sekian banyak dinamika HMI dalam merespon berbagai tantangan mulai dari fase orde lama sampai pada konteks sekarang, HMI dihadapkan dengan beraneka ragam persoalan. Namun persoalan-persoalan tersebut memiliki pengaruh substansial terhadap arah Gerakan HMI.
Sehingga HMI dapat mengaktualisasikan sebagai organisasi perjuangan yang dengan kesungguhan berjuang untuk melakukan perubahan terhadap segala tatanan yang tidak memenuhi tuntunan kontemporer, sehingga tercipta suasana baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam suatu negara berkembang seperti indonesia ini maka tidak ada suatu investasi yang lebih besar dan lebih berarti dari pada investasi manusia, ditambah suatu kenyataan bangsa indonesia sangat kekurangan akan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang padu antara pemenuhan tugas dunia dan ukhrawi, ilmu dan iman, individu dan masyarakat, serta tuntutan akan peranan kaum intelektual yang kian besar dimassa mendatang, dan ini semua menuntut kita pada saat ini untuk mempersiapkan diri dalam menyongsong HMI kedepan.

3.2.Penutup.
Demikian pembuatan makalah ini dapat kami selesaikan. Mudah-mudahan menjadi tambahan ilmu bagi kita dan dapat meneruskan perjuangan HMI pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik.
Saya sebagai penyusun dalam makalah ini sangat menyadari akan kekurangan dalam penyusunan, maka besar harapan saya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dikemudian hari, sesuai harapan kita bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid Abu Sulaiman. Krisis Pemikiran Islam. Media Dakwah. Jakarta:1994
Sitompul Agussalim. Citra HMI. CV Misaka Galiza. Jakarta:1986
Rahmat Jalaluddin. Islam Aktual Refleksi Sosial Seorang Cendikiawan Muslim. Mizan Media Utama. Bandung:1991
MS Burhani. Kamus Ilmiah. Lintas Media. Jombang
Konstitusi Himpunan Mahasiswa islam

No comments:

Post a Comment