MAKALAH
“UPAYA
PERUMUSAN KEMBALI KEPELOPORAN HMI
DI
MASA MENDATANG”
Disusun Oleh : Moh. Utsman Hs
Kader HMI Cabang Jember Komisariat Bondowoso
(disampaikan pada intermediate training (LK2) HMI Cabang
Malang Th 2010)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Berbagai argumen telah diungkapkan
sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati
kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran
berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas
ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada
saat itu pula kemunduran menghinggapi kita. Akibat dari keterbelakangan ummat
Islam, maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang
melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini disebut Gerakan
Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada
ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan
hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola
kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan
atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang
sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadist Rassullulah SAW.
Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pembaharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :
Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pembaharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :
1.
Penjajahan itu sendiri dengan segala
bentuk implikasinya
2.
Missi dan Zending agama Kristiani
3.
Peradaban Barat dengan ciri
sekulerisme dan liberalisme
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan
atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang
Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan
kemerdekaannya. Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan
menjadi 4 (empat) golongan, yaitu :
Pertama : Sebagian besar yang melakukan
ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara
perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan
pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan
pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka
berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat
: Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras
dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu
benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia. Ada dua faktor yang
sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan
sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia
pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang
mengarah kepada sekulerisme yang “mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan
manusia”. Kedua : adanya Perserikatan MAHASISWA Yogyakarta (PMY) dan
Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini
dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis),
melanda dunia PT dan Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya “Krisis Keseimbangan”
yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu,
jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Berdirinya
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa
STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih
duduk ditingkat I yang ketika itu genap berusia 25 tahun. Ketika itu hari Rabu
tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu
ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Yogyakarta.
Prof. DR. Nurkholis Majid mengatakan bahwa” …dalam
diri Lafran Pane terdapat suatu kearifan atau wisdom, tersembunyi atau laten,
yaitu kesadaran kebangsaan yang inkludif, yang lebih luas dari pada
primodialisme keagaamaan dan konservatif. Tumbuh dari keluarga yang terpelajar
membuat dia terbiasa dengan wawasan kebangsaan yang modern dengan
wawasan-wawasan sosial politik yang serba meliputi”.
1.2. Rumusan
Masalah.
1.
Bagaimana dinamika HMI dalam
merespon berbagai tantangan
2.
Seperti apa aktualisasi peran HMI
3.
Adakah peran yang strategis bagi HMI
di masa mendatang
1.3. Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan mengaktualkan
sejarah dan kiprah HMI
2.
Memudahkan kader HMI untuk memahami
peran satrategis HMI di masa mendatang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Dinamika
HMI dalam merespon berbagai tantangan
Sejarah nasional telah banyak mencatat banyaknya
persoalal social dinegri ini, namun ada tiga persitiwa yang akan kami bahas dan
dianggap memiliki pengaruh substansial terhadap arah Gerakan HMI.
a. HMI
Fase Orde Lama
Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi
terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan
untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang
kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak
dan kokoh. Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya,
maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang
pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah,
baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff,
penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18
September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk
Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad
Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun,
dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah.
Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci
itu nampak sangat menonjol pada tahun \’64-\’65, disaat-saat menjelang
meletusnya G30S/PKI. Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang
pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi
terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk
merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan
tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27
Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan
di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal
organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar
sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb. Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang. HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari\’ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb. Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang. HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari\’ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.
b. HMI Fase
Orde Baru
Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan
secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam),
maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan
sumbangan serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk
partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi
diantaranya :
·
Partisipasi dalam pembentukan
suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan,
·
Partisipasi dalam pemberian
konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran
·
Partisipasi dalam bentuk pelaksana
langsung dari pembangunan.
Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya
adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya
timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari
masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul
pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun
klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 dimana secara relatif masalah-masalah
intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara dilain sisi
persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema. Pada tahun 1970 Nurcholis
Madjid menyampaikan ide pembaharuan dengan topic keharusan pembaharuan didalam
pemikiran Islam dan masalah integritas umat. Sebagai konsekuensinya di HMI
timbul pergolakan pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan yang.
Perbedaan pendapat dan penafsiran menjadi dinamika di dalam menginterpretasikan
dinamika persoalan kebangsaan dan keumatan. Hal ini misalnya dalam dialektika
dan perbincangan seputar Negara dan Islam, konsep Negara Islam, persoalan Islam
Kaffah sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila sebagai
bentuk ijtihad organisasi didalam mempertahankan cita-cita jangka panjang
keummatan dan kebangsaan.
c. HMI Fase
Orde Reformasi
Secara histories sejak tahun 1995 HMI mulai
melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan, gagasan dan
kritik terhadap pemerintahan. Sesuai dengan kebijakan PB HMI bahwa HMI tidak
akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontatif. Gerakan
koreksi pemerintahanpertama disampaikan pada jaman konggres XX HMI di Istana
Negara tanggal 21 Januari 1995. kemudian peringatan MILAD HMI Ke 50 Saudara
Ketua Umum Taufiq Hidayat menegaskan dan menjawab kritik-kritik yang
menyebutkan bahwa HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekuasaan
bukanlah wilayah yang haram. Tetapi adalah wilayah pencermatan dan kekritisan
terhadap pemerintahan. Kemudian dalam penyampaian Anas Urbaningrun pada MILAD
HMI ke 51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Pebruari 1998 dengan judul
“Urgensi Reformasi bagi Pembangunan Bangsa Yang Bermartabat”.
2.2.
Aktualisasi Peran HMI
Kehadiran dan keberadaan HMI, selain
berfungsi sebagai organisasi kader, juga berperan sebagai organisasi perjuangan
yang dengan kesungguhan berjuang untuk melakukan perubahan terhadap segala
tatanan yang tidak memenuhi tuntunan kontemporer, sehingga tercipta suasana
baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Maka sepanjang keberadaan HMI,
tugasnya adalah untuk melakukan perombakan, perubahan, perbaikan, penyempurnaan
terhadap segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kearah yang lebih
baik dan sempurna dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Untuk melakukan tugas-tugas mulia dan luhur itulah diperlukan kerja
yang terorganisir, sistematis, tekun, kerja keras sungguh-sungguh dengan niat ikhlas
dengan semangat militansi yang tinggi.
Secara kualitatif, kader memiliki
mutu, kesanggupan bekerja dan berkorban yang lebih besar dari pada anggota
biasa. Dalam pemantapan kekaderan HMI ditambah suatu kenyataan bangsa indonesia
sangat kekurangan akan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang
padu antara pemenuhan tugas dunia dan ukhrawi, ilmu dan iman, individu dan
masyarakat, serta tuntutan akan peranan kaum intelektual yang kian besar
dimassa mendatang, dalam peran dan fungsinya HMI sebagai organisasi kader harus
mampu mengkader mahasiswa yang tidak krisis integritas serta pribadi yang
tangguh tidak terjebak dalam jaman era medernisasi. Dengan begitu kader HMI
mampu melawan semuanya dengan keyakinan dan keimanan yang mantap yang menghasilkan
manusia-manusia yang berkualitas ilmu dan iman yang melaksanakan tugas-tugas
kerja manusia yang akan menjamin adanya suatu kehidupan yang sejahtera material
dan spiritual adil makmur serta bahagia. Karena itu, hari depan HMI luas dan
gemilang sesuai dengan peran dan fungsinya dimasa kini dan mendatang, menuntut
kita pada masa kini untuk benar-benar mempersiapkan diri dalam menyongsong hari
depan HMI yang gemilang.
2.3. Peran
strategis bagi HMI di masa mendatang.
Dalam upaya membangun dan menyiapkan sumber daya
manusia berkualitas, terutama dalam menghadapi abad ke-21 ini, perguruan tinggi
mempunyai perananyang amat strategis. Berarti peran dari segenap sivitas
akademika, dan berarti pula paramahasiswanya. Dengan demikian, peran dan kiprah
HMI akan senantiasa relevan di masa depan bila ia memusatkan perhatian pada
upaya membangun sumber daya manusia berkualitas, yang dibutuhkan dalam
pembangunan di abad ke-21. Dalam perspektif demikian, ada beberapa harapansaya
terhadap HMI dan perannya di masa depan.
1.
Memperkuat Basis Komunitas Intelektual
Peran strategis HMI yang diharapkan adalah sebagai
wahana pembinaan mahasiswa, yang bertujuan untuk melahirkan sumber daya manusia
yang andal dan memiliki keunggulan. HMI diharapkan akan memberi perhatian lebih
besar terhadap upaya membangun basis kelompok terdidik dan terpelajar, yang
menjadi cikal bakal lahirnya sumber daya manusia berkualitas, andal, dan
memiliki keunggulan. Kelompok ini dapat disebut sebagai komunitas intelektual,
yang merupakan soko guru kelompok elite strategis suatu bangsa. Dalam kurun
waktu yang relatif lama, HMI telah berhasil membangun tradisi intelektual yang
amat baik. Tradisi ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan lagi di masadepan. HMI
harus merupakan wahana bagi para mahasiswa untuk mengaktualisasikan potensi
intelektual mereka, agar bisa berkembang dengan baik. HMI harus membuat dirinya
menjadi wadah agar potensi tersebut bisa berkembang secara optimal dalam sebuah
lingkungan sosial yang kondusif. Sebagai organisasi kemahasiswaan, HMI
diharapkan menjadi wadah dan tempat pembelajaran di luar kurikulum akademik
perguruan tinggi, yang memungkinkan mahasiswa mengembangkan aktivitasnya secara
kreatif dan inovatif.
Sebagai institusi pembelajaran di luar kurikulum akademik perguruan tinggi, HMI dapat memberi kontribusi yang besar terhadap proses pematangan mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terpelajar. Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses pembelajaran, pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan, serta penguatan kapasitas belajar secara kontinum, diharapkan HMI bisa turut melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia yang cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi, semangat dan daya juang (fighting spirit) yang bergelora, sehingga siap menyongsong kehidupan global yang sangat kompetitif itu.
Sebagai institusi pembelajaran di luar kurikulum akademik perguruan tinggi, HMI dapat memberi kontribusi yang besar terhadap proses pematangan mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terpelajar. Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses pembelajaran, pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan, serta penguatan kapasitas belajar secara kontinum, diharapkan HMI bisa turut melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia yang cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi, semangat dan daya juang (fighting spirit) yang bergelora, sehingga siap menyongsong kehidupan global yang sangat kompetitif itu.
2.
Mengembangkan dan Menguasai Iptek
HMI sebagai organisasi para kader pembangunan yang
Islami dan berwawasan kebangsaan, diharapkan akan terus berusaha mengapresiasi
secara kreatif dan inovatif berbagai gejala dan kencenderungan yang dilahirkan
oleh kemajuan iptek. HMI harus dapat merespons dengan tepat tuntutan eksternal
yang tidak bisa dielakkan, yaitu perkembangan global yang didominasi oleh
peranan iptek secara amat kuat. Sebagai organisasi kemasyarakatan pemuda, dan
sebagai bagian dari komunitas perguruan tinggi, HMI harus memelopori
pengembangan budaya iptek di kalangan masyarakat.
3.
Memperkukuh Wawasan Kebangsaan
HMI juga dituntut untuk senantiasa meneguhkan dan
memantapkan wawasan kebangsaan di kalangan anggotanya. Identitas Islam di dalam
HMI hendaknya merefleksikan semangat dan kesadaran bahwa HMI merupakan bagian
yang terintegrasi dalam masyarakat Indonesia. Dengan demikian, HMI dituntut
untuk bisa melakukan sintesa harmonis antara wawasan keislaman dan wawasan
kebangsaan. Islam merupakan semangat pergerakan di dalam tubuh HMI, sedangkan
wawasan kebangsaan haruslah menjadi basis HMI dalam melakukan pergerakan itu.
Meneguhkan dan memantapkan wawasan kebangsaan ini bukan hanya berdimensi
internal, melainkan juga berdimensi eksternal yakni untuk mengantisipasi
gelombang globalisasi pada abad ke-21 nanti. Peneguhan dan pemantapan wawasan
kebangsaan ini, selain untuk menghadapi tantangan globalisasi, juga agar
keutuhan kita sebagai bangsa tetap terpelihara dan terjaga dengan baik.
Meneguhkan dan memantapkan wawasan kebangsaan dalam era globalisasi ini sungguh
penting, karena ada potensi nilai-nilai kebangsaan terdesak karena menguatnya
nilainilai universal. HMI dapat berperan besar dalam usaha kita untuk terus
menerus memupuk dan memperkukuh wawasan kebangsaan dalam masyarakat Indonesia
yang sangat majemuk itu.
4.
Memperkuat Basis Kepemimpinan
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI merupakan lembaga
strategis wadah pembentukan kepemimpinan. Bangsa kita membutuhkan
pemimpin-pemimpin yang tangguh dan memiliki visi yang jelas tentang pembangunan
nasional dan masa depannya. Kepemimpinan yang tangguh dan bervisi itu tidak
bisa lahir secara tiba-tiba, tetapi harus melalui suatu proses; ada masa
penempaan, penggodogan, dan pengujian, baik ketika masih menjadi mahasiswa
maupun sesudah terjun ke masyarakat. HMI yang telah terbukti merupakan wadah
kelahiran pemimpin-pemimpin di masa lalu, diharapkan dapat terus menjadi kancah
dan medan penempaan, penggodogan, dan pengujian bagi calon-calon pemimpin
bangsa di masa depan yang kualitasnya sesuai untuk menghadapi tantangan masa
depan, yang tidak sama dengan masa lampau atau masa kini.
BAB III
KESIMPULAN DAN
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas, penulis dapat menyimpulkan bagaimana tantangan dan peran HMI di masa
mendatang dalam kehidupan bermasyarakat. Dari sekian banyak dinamika HMI dalam
merespon berbagai tantangan mulai dari fase orde lama sampai pada konteks
sekarang, HMI dihadapkan dengan beraneka ragam persoalan. Namun persoalan-persoalan tersebut memiliki pengaruh substansial terhadap
arah Gerakan HMI.
Sehingga HMI dapat mengaktualisasikan sebagai organisasi perjuangan yang
dengan kesungguhan berjuang untuk melakukan perubahan terhadap segala tatanan
yang tidak memenuhi tuntunan kontemporer, sehingga tercipta suasana baru yang
belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam suatu negara berkembang seperti indonesia ini maka tidak ada suatu
investasi yang lebih besar dan lebih berarti dari pada investasi manusia, ditambah
suatu kenyataan bangsa indonesia sangat kekurangan akan tenaga intelektual yang
memiliki keseimbangan hidup yang padu antara pemenuhan tugas dunia dan ukhrawi,
ilmu dan iman, individu dan masyarakat, serta tuntutan akan peranan kaum
intelektual yang kian besar dimassa mendatang, dan ini semua menuntut kita pada
saat ini untuk mempersiapkan diri dalam menyongsong HMI kedepan.
3.2.Penutup.
Demikian pembuatan makalah ini dapat kami
selesaikan. Mudah-mudahan menjadi tambahan ilmu bagi kita dan dapat meneruskan perjuangan HMI pada masa kini dan menuju hari
esok yang lebih baik.
Saya sebagai penyusun dalam makalah ini sangat menyadari akan
kekurangan dalam penyusunan, maka besar harapan saya kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dikemudian hari, sesuai
harapan kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid Abu
Sulaiman. Krisis Pemikiran Islam.
Media Dakwah. Jakarta:1994
Sitompul
Agussalim. Citra HMI. CV Misaka
Galiza. Jakarta:1986
Rahmat
Jalaluddin. Islam Aktual Refleksi Sosial
Seorang Cendikiawan Muslim. Mizan Media Utama. Bandung:1991
MS Burhani. Kamus Ilmiah. Lintas Media. Jombang
Konstitusi
Himpunan Mahasiswa islam
No comments:
Post a Comment